Ada beberapa adat seputar aqiqah yang mengarah kepada takhayul dan bid’ah seputar aqiqah yang masih dilaksanakan oleh masyarakat kita. Mungkin karena kurangnya edukaasi dan pengajaran syariat agama yang menjadikan masyarakat masih mempertahankan ritual tersebut. Pada artikel ini jasa aqiqah Jakarta, Aqiqah Satu akan mengupas mengenai hal tersebut.
Pengertian Takhayul dan Bid’ah.
Takhayul menurut bahasa artinya sesuatu yang hanya ada dalam khayal belaka: kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atau sakti, tetapi sebenarnya tidak ada atau tidak sakti (KBBI). Sedangkan secara bahasa, bid’ah adalah perbuatan atau cara yang tidak pernah dikatakan atau dicontohkan Rasulullah atau sahabatnya, kemudian dilakukan seolah-olah menjadi ajaran Islam dan bernilai pahala; atau pembaruan ajaran Islam tanpa berpedoman pada Alquran dan hadits.
Takhayul dan Bid’ah Seputar Aqiqah dan Kelahiran
Masyarakat Indonesia yang multikultural ini sebagian masih mempertahankan beberapa tradisi takhayul dan bid’ah seputar aqiqah dan kelahiran. Dibawah ini akan diulas mengenai kebiasaan yang sudah umum dilakukan masyarakat yang tergolong takhayul atau bid’ah.
1. Mengubur Ari-ari di Posisi Tertentu Agar Bayi Tidak Sakit-sakitan
Kepercayaan ini masih ada di kalangan masyarakat pedesaan terutama di Jawa. Ari-ari yang merupakan sisa dari proses kelahiran merupakan barang yang kotor dan mudah membusuk sehingga sesegera mungkin dikubur. Tetapi sebagian masyarakat di Indonesia masih memperhitungkan lokasi penguburan ari-ari dengan berbagai pertimbangan.
Bagi bayi perempuan ari-ari ditanam di sebelah kiri pintu masuk depan atau sebelah kiri rumah, sedangkan untuk bayi laki-laki ari arinya dikubur di sebelah kanan. Selain itu lokasi harus di tanah yang baik, tidak dekat dengan pembuangan atau septic tank dan juga tidak boleh dekat dengan pembuangan sampah.
Padahal tidak ada hubungan antara lokasi penguburan ari-ari dengan keadaan si bayi kedepannya. Bayi yang dirawat dengan benar tidak akan rentan terkena sakit dan bayai yang ari-arinya tidak dikubur di tempat yang bagus bekun tentu nanti sakit sakitan atau mengalami kendala dalam pertumbuhannya.
2. Mengubur Barang Yang Berhubungan Dengan Harapan Masa Depan Anak Bersama Dengan Ari-ari
Masih pada tradisi yang dilakukan orang Jawa yang masih mempertahankan kepercayaan nenek moyang yaitu tentang penguburan ari-ari. Ada sebagian masyarakat memendam barang-barang yang ada hubungannya dengan harapan dari orang tua kepada si jabang bayu saat dewasa.
Orang tua yang menginginkan bayinya pintar dalam akademisnya disaat dewasa maka mereka mengubur barang yang berhubungan dengan perlengkapan sekolah seperti buku, pensil, pulpen dan lain sebagainya. Jika menginginkan anak yang pandai bercocoktanam maka mereka mengubur peralatan bercocok tanam begitu seterusnya.
Kesuksesan masa depan seseorang selain sudah di hariskan oleh Sang Pencipta juga karena ikhtiyar dan do’a. Tidak ada hubungannya antara mengubur barang tertentu dengan keusksesan seseorang pada masa depannya. Masa depan bisa kita rancang namun Allah yang menentukan.
3. Melarang Wanita Nifas Keluar Rumah Agar Tidak Celaka
Saat masa nifas memang tidak memiliki kewajiban dalam beribadah atau sholat karena dianggap tidak suci. Memang hal ini kenyataannya adalah seorang yang ada pada masa nifas selalu mengeluarkan cairan dari kemaluannya yang berbau tidak enak.
Akan tetapi hal ini tidak menjadikan seorang ibu dalam masa nifas dilarang keluar rumah. Boleh saja keluar rumah jika diperlukankarena tidak ada dalil agama yang melarangnya maka pemahaman seperti ini harus ditinggalkan.
Kegiatan keluar rumah yang melelahkan memang perlu dihindari seperti melakukan pekerjaan berat atau melakukan pekerjaan yang menjadikan terhambatnya pemukihan luka saat melahirkan apalagi melahirkan secara cesar.
4. Meniup Bayi Saat Aqiqah Agar Do’anya Makbul
Ini adalah ritual bid’ah yang sering di lakukan sebagian masyarakat. Ritual yang di maksud disini adalah ritual menggedong bayi berkeliling ke tiap tiap tamu undangan saat peringatan aqiqah. Setiap tiap tamu undangan yang menghadiri undangan akan mengelus dan meniup kepala bayi. Ada yang sekedar meniup tetapi ada pula yang disertai doa dan ucapan pengharapan pada si bayi.
Peniupan bayi yang dilakukan tamu undangan sebenarnya akan berpotensi memiliki dampak buruk bagi kesehatan bayi. Tamu undangan yang meniup tidak diketahui kondisi kesehatannya apakah penderita TBC, perokok berat atau mengidap penyakit lainnya.
Anak penderita flek atau gejala asma saja untuk pemulihannya harus pengobatan rutin apalagi bayi kita terkena TBC atau penyakit lainnya karena ritual peniupan tentu sangat merepotkan nantinya. Itulah mengapa ritual peniupan bayi perlu dihindari.