Hal yang paling ditunggu dalam kehidupan keluarga baru adalah kehadiran si buah hati. Apapun akan ditempuh oleh suami jika istri tidak juga memperlihatkan tanda tanda kehamilan. Mulai dari pengobatan herbal, pengobatan ke dokter spesialis atau terapi program kehamilan yang kini banyak ditawarkan di media sosial.
Setelah kelahiran keluarga juga mempersiapkan finansial untuk melaksanakan ritual dan adat seputar aqiqah dan kelahiran. Untuk acara tasyakuran dan aqiqah sebenarnya kita bisa menggunakan jasa katering. Mulai dari Jakarta hingga kota-kota lainnya kini bermunculan jaringan penyedia jasa layanan aqiqah. Jika di Jakarta dan sekitarnya bisa ke jasa aqiqah Jakarta yakni AqiqahSatu.
Semakin kompleksnya kegiatan dan aktivitas masyarakat menjadikan masyarakat memiliki pola pikir yang simpel dan tidak mau repot. Itulah yang menjadikan jasa aqiqah mulai diminati oleh kalangan masyarakat dan hal ini mendorong usaha seperti ini berkembang pesat.
Pengetahuan agama dan menyebarnya berbagai kajian keIslaman juga berdampak pada animo masyarakat yang mulai dekat dengan aturan agama. Sehingga sebagian masyarakat di Indonesia mulai meninggalkan ritual budaya warisan leluhur yang sekiranya bertetantangan dengan dalil agama.
Salah satu ritual yang masih sering ditemui adalah ritual adat seputar aqiqah dan kelahiran dimana terkadang ritual tersebut bertentangan dengan aturan dan fikih yang ada dalam agama Islam.
Adat Seputar Aqiqah dan Kelahiran Yang Ditinggalkan
Ritual Sepasar
Sepasar adalah hitungan lima hari setelah bayi dilahirkan. Karena hari dalam budaya jawa itu ada lima yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage dan Kliwon maka hitungan ‘satu minggu’ pada penanggalan jawa adalah lima hari atau sepasar. Biasanya keluarga yang mendapatkan bayi yang baru lahir akan membagi-bagi makanan ke tetangga.
Ritual sepasar tentu saja berbeda dengan aqiqah, karena tata cara pelaksanaan aqiqah biasanya di laksanakan tujuh hari setelah kelahiran dan disyariatkan dengan menyembelih kambing sesuai jenis kelamin si bayi.
Adat sepasaran saat ini mulai ditinggalkan karena memang tidak prkatis. Hal ini karena selain harus menyelenggarakan sepasaran keluarga juga harus melaksanakan aqiqahan sehingga memakan banyak biaya.
Ritual Selapanan
Upacara selapanan biasanya di sertai dengan pembacaan syair Al Barzanji. Di sebagian masyarakat pedesaan masih banyak ditemui pembacaan maulid al Barzanji pada acara selapanan. Ritual selapanan masih di lakukan akan tetapi mulai dotinggalkan di perkotaan.
Pada acara selapanan ini ada ritual menggedong bayi berkeliling ke tiap tiap tamu undangan dan tiap tiap tamu undangan akan mengelus dan meniup kepala bayi. Setelah kepala bayi ditiup ada yang memberikan doa dan ucapan pengharapan pada si bayi namun ada pula yang hanya meniup saja.
Sebenarnya saat merawat bayi baru lahir perlu kehati-hatian sehingga bayi perlu dijauhkan dari hal-hal yang dapat berpotensi memicu penyakit. Termasuk ritual meniup bayi. Karena kita tidak tahu penyakit apa yang di derita tamu undangan yang ikut meniup kepala bayi.
Pada ritual ini ada yang mengatakan bahwa hal ini adalah bid’ah karena tidak pernah dicontohkan oleh nabi maka banyak sebagian masyarakat yang mulai meninggalkan. Akan tetapi golongan tradisional masih mempertahankan ritual ini dengan alasan pembacaan sholawat adalah baik dan disyariatkan meskipun pembacaannya secara bersama-sama. Semua kembali kepada keyakinan masing-masing.
Mengubur ari-ari di tempat tertentu
Orang jaman dahulu, ari-ari bayi yang baru lahir dikubur di samping pintu masuk rumah sebelah kanan jika yang lahir laki-laki. Dan di sebelah kiri pintu masuk jika yang lahir perempuan. Selain itu benda benda yang berhubungan dengan keinginan orangtua kepada si anak juga ikut dikubur.
Diatas tanah tempat dikuburkannya ari-ari biasanya di beri penerangan lampu minyak. Sehingga masyarakat tahu jika di depan rumah samping pintu ada lampu minyak yang menyala dan ditutupi pelindung agar tidak kena angin maka yang punya rumah baru saja lahiran bayi.
Saat ini masyarakat yang melakukan hal itu mulai berkurang. Hal ini memang bukan dari ketentuan agama sehingga masyarakat yang mulai memahami dalil agama mulai meninggalkannya.
Meletakkan benda tajam di bawah kasur si bayi
Orang-orang pada jaman dahulu akan menempatkan berbagai senjata tajam di bawah kasur bayi. Ada yang mengatakan hal itu di lakukan untuk keselamatan si buah hati ketika tidur.
Tentu saja hal ini akan terlihat aneh mengingat bayi yang baru lahir belum bisa menggunakan alat apapun apalagi membela diri dengan senjata tajam. Karena tidak masuk akal itulah banyak masyarakat yang mulai meninggalkan adat tersebut.
Jagong bayi
Jagong bayi adalah acara begadang bersama-sama di rumah keluarga bayi yang baru lahir. Sampai hari ini belum ada yang mengetahui tujuan dari jagong bayi. Tetapi ada yang menduga kegiatan ini dalam rangka menjaga jabang bayi dari bahaya seperti binatang liar, penculikan oleh pelaku ilmu hitam dan sebagainya.
Karena jagong bayi membutuhkan biaya untuk menyiapkan makanan bagi warga yang ikut jagong bayi sehingga tuan rumah tidak bisa menghemat biaya aqiqah, karena itulah jagong bayi mulai ditinggalkan. Akan tetapi pada sebagian masyarakat pedesaaan yang masih memegang erat budaya leluhur acara seperti ini masih dilaksanakan.
Mungkin masih banyak lagi ritual ritual yang telah ditinggalkan akan tetapi bagi yang beragama Islam tuntunan tentang menyambut kelahiran cukup disesuaikan dengan perintah agama. Dan yang paling utama adalah aqiqah sehingga informasi seputar aqiqah perlu diketahui agar apa yang kita lakukan sesuai dengan dalil agama.